<p> KIM SANGEH-Setiap piodalan di Pura Pucak Sari , Desa Sangeh selalu dilaksanakan tradisi maped oleh seluruh masyarakat Desa Sangeh. Sama halnya seperti kali ini, secara berjadwal Banjar-banjar di Desa Sangeh melaksanakan Mapeed ke Pura Pucak Sari Sangeh.</p> <p> Mapeed atau maleladan ini adalah tradisi membawa persembahan bersama-sama menuju pura dengan berjalan kaki. Iringan akan berjalan perlahan dan rapi dalam bentuk barisan. Biasanya peserta mapeed didominasi oleh perempuan dengan persembahan dan pakaian yang seragam.</p> <p> Tradisi mapeed saat karya agung di Pura Pucak Sari, Sangeh tak hanya diikuti oleh warga adat setempat. Melainkan juga warga dari desa adat sebelahnya, seperti Desa Adat Gerana, Selat, dan Pacung. Warga desa adat tersebut bergilir membawa persembahan berupa hasil alam ke pura yang akrab dengan keberadaan monyetnya tersebut.</p> <p> Tak kurang dari 100 orang pesertanya. Sementara paling belakang adalah sekaa gong yang menabuh gamelan dengan riang gembira. Iringan tersebut kemudian masuk ke jaba tengah, lanjut ke jeroan pura untuk meletakkan persembahan sekaligus sembahyang. Sementara sekaa gong terhenti di jaba sisi. Usai menyelesaikan tabuh dan meletakkan gamelan, mereka pun menyusul ke jeroan untuk ikut sembahyang.</p> <p> Dikarenakan setiap Kepala Keluarga menghaturkan persembahan, maka, jika ditotal, ribuan warga yang ikut mapeed. Persembahan tersebut biasanya dirangkai di atas dulang sehingga disebut gebogan, atau ditaruh dalam sebuah wadah yang disebut sok kasi, tergantung tradisi desa adat setempat.Tergantung desa adat setempat. Demikian pula terkait tinggi gebogan menyesuaikan dengan desa adat yang bersangkutan. Intinya sesuai kemampuan mereka, dan tidak dipaksakan.</p> <p> Bendesa Adat Sangeh mengatakan Tradisi mapeed merupakan salah satu budaya dan tradisi unik di Bali yang diwariskan secara turun temurun sampai sekarang ini, itupun tidak dimiliki oleh semua desa pakraman di pulau Dewata ini, namun hanya beberapa desa ternetu saja yang menjaga warisan leluhurnya. Seperti yang lazim kita lihat adalah iringan ibu-ibu yang menggunakan pakaian adat seragam baik itu warna baju (biasanya putih) dan sarung/kain, rambut disanggul bahkan selendang yang diikatkan dipinggang juga seragam, kemudian mereka berjalan beriringan membawa banten gebongan yang tingginya rata-rata sama menuju ke sebuah pura. Tradisi ini juga menunjukkan rasa sujud bakti para pengempon ke hadapan sesuun di Pura Pucak Sari Sangeh. (006KIMSGH)</p>
TRADISI MAPEED DI PURA PUCAK SARI SANGEH
15 Dec 2018