<p> <span lang="EN-US">Topeng Sidakarya adalah bagian dari pementasan tari topeng yang mengiringi sebuah upacara besar di Bali. Topeng Sidakarya dianggap sebagai pelengkap upacara-upacara tersebut. Topeng ini tampil sebagai pamungkas tari persembahan (wewalen) sebelum acara pemujaan bersama yang dipimpin oleh Sulinggih dilakukan.<br /> <br /> <span class="fullpost">Pementasan Topeng Sidakarya ini bermula dari sebuah peristiwa menarik yang terjadi saat masyarakat Bali menggelar upacara besar di Pura Besakih pada zaman kekuasan Raja Dalem Waturenggong sekitar abad XV. Saat itu, datang seseorang dari Keling, mencari penanggungjawab upacara (Manggala Karya) tersebut yang tak bukan adalah sahabatnya.</span><br /> <br /> <span class="fullpost">Karena rupa dan penampilannya yang buruk, saat menanyakan keberadaan sang Sahabat, tamu Keling tersebut diusir oleh oarng-orang Besakih agar tak “mengotori” proses upacara. Tamu Keling itu murka dan melontarkan kutukan agar upacara tidak berjalan sukses.</span><br /> <br /> <span class="fullpost">Upacara besar itu pun gagal. Sang Manggala Karya menyesali tindakan orang-orang sekitarnya yang bertindak gegebah. Ia mencari sang tamu dan memintanya menyabut kutukan. Sebagai ungkapan penyesalan, Sang Manggala Karya memberikan sahabat Kelingnya itu tempat tinggal di desa Sidakarya (Denpasar Selatan). Dia kemudian dikenal dengan julukan Dalem Sidakarya.</span></span></p> <p> <span lang="EN-US"><span class="fullpost">Melihat dari sejarah ini maka tidak diragukan lagi bahwa Topeng Sidakarya memang memiliki kesakralan yang tinggi. Tidak semua orang mau mempelajari tarian topeng ini karena harus ada upacara-upacara tertentu yang harus dilakukan. Namun hal itu tidak berpengaruh pada seorang anak yang bernama I Nyoman Gede Triadi Mahendra , yang berasal dari Banjar Tegal Gerana, Sangeh.Anak ke- 3 dari pasangan I Made Suardika SH dan I Made Musni ini mau mempelajari dan mendalami seni dan budaya "Ngigelan Tari Topeng Sidakarya". </span></span></p> <p> <span lang="EN-US"><span class="fullpost">Mang De begitu biasanya akrab dia dipanggil, dengan luwes selalu menari di Pura atau di manapun diminta untuk ngayah ngigel. Ayahnya I Made Suardika SH mengatakan saat ditemui oleh tim Kim Sangeh mengatakan, Beliau sangat mendukung jika anaknya belajar Ngigel Topeng, belajar Megambel atau kesenian lainnya, sebab jaman sekarang sangat sedikit generasi kita yang mau mempelajari budaya dan adat bali. Semoga ke depannya Mang De bisa mengaharumkan nama Desa dan akan mengembangkan budaya bali yang merupakan tujuan dari wisatawan yang berkunjung ke Bali. (006KIMSGH)</span></span></p>
I NYOMAN GEDE TRIADI MAHENDRA, PENARI TOPENG CILIK DARI GERANA
13 Jul 2018