<p> KIM SANGEH-Sabtu (5/1/2019), umat Hindu akan merayakan dua hari raya yang sangat spesial.Dua hari raya tersebut yaitu Hari Raya Kuningan dan Siwaratri. Menurut Pinandita Ketut Pasek Swastika yang juga Wakil Ketua PHDI Bali saat dihubungi, Kamis (3/1/2019), mengatakan kejadian ini merupakan sesuatu yang LANGKA.Ini kejadian yang langka dan kemungkinan tiap 50 tahun sekali terjadinya.</p> <p> Bersyukurlah mengalaminya.Kalau Siwaratri itu pertemuannya (dengan Kuningan) sekitar 30-50 tahun sekali. Jadi agak lama supaya dengan wariga, sehingga Kuningan bertepatan dengan Siwaratri ini sangat suci dan sakral nilai spiritnya sangat tinggi.</p> <div class="tribun-mark"> Oleh karena itu, saat hari itu dipergunakan sebagai momen untuk lebih meningkatkan Sradha Bhakti ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan Kawitan.hari raya Kuningan yang dirayakan seminggu setelah Galungan, diyakini sebagai turunnya leluhur dan para dewa dari surga untuk memberikan anugerah kepada umat manusia. Sementara Siwaratri adalah momen pengendalian diri yang dilakukan dengan tiga brata yaitu upawasa (puasa), muna (tidak bicara), dan jagra (tidak tidur).<br /> <br /> <center>  </center> <p> "Ketika dua hari raya ini bersamaan sekaligus merayakan dua hari besar, Kuningan dilakukan pagi hari sampai jam 12.00 Wita, sedangkan Siwaratri dari jam 06.00 Wita sampai pukul 18.00 Wita hari Minggu (6/1).</p> <p> Kuningan umat Hindu melakukan persembahyangan di pura keluarga hingga tengah hari. Upacara ini bermakna untuk meminta berkat kepada dewata supaya alam beserta segala isinya lebih baik dan sejahtera.<br /> <br /> "Kalau lewat tengah hari diyakini para dewa dan leluhur sudah meninggalkan dunia ini pergi ke alamnya, alam niskala. Persembahyangan pagi sampai siang hari khususnya di rumah, kalau mau sembahyang di pura-pura lain itu sudah masyarakat. Kalau sudah melaksanakan tengah hari untuk keperluan lain tidak dilarang, tetap sah.</p> <p> Sementara itu, upacara hari raya Siwaratri merupakan momen untuk pengendalian diri. Masing-masing brata memiliki makna agar manusia menjadi insan yang lebih baik.<br /> <br /> "Pada saat brata itu kalau yang melaksanakan jagra dan upawasa itu brata madya, tapi begadang selama 36 jam itu bukan berarti begadang-begadang saja. Artinya dia harus dalam aplikasinya waspada terhadap kehidupan ini, melek godaan, melek tantangan, melek kemiskinan, melek kebodohan yang menghalangi kehidupan, ingat menjadi manusia mempunyai tujuan memperbaiki karma-karma untuk menjadi baik.</p> <p> Upawasa selama 36 jam itu maksudnya adalah supaya bisa mengendalikan mulut, perut, supaya tidak makan sembarangan, kalau nanti dari kehidupan ini makan dari hasil yang baik. Jangan karena mulut dan perut ini jadi jatuh ke kehidupan yang berikutnya, kami percaya reinkarnasi. Muna itu tidak bicara maksudnya jangan sampai orang mengumbar perkataan sembarangan. Berkata harus yang baik-baik saja, berkata yang bermanfaat bagi kehidupan, tidak menyakiti, tidak fitnah yang menyebabkan orang lain sakit hati.</p> <p> Dalam pelaksanaan ketiga brata itu umat Hindu itu mengucapkan nama Tuhan dalam manifestasinya dalam Dewa Siwa, mengucapkan nama Om Namaha Shivaya, atau nama-nama yang berkaitan dengan Tuhan 'Om' selama 36 jam baik secara langsung maupun dalam hati, dengan demikian akan mendapat pahala sesuai lontar Siwaratri Kala atau Siwabrana barangsiapa yang melaksanakan Siwaratri dengan baik dan mengucapkan nama Tuhan, dalam manifestasi Dewa Siwa maka dosanya akan dilebur. Dalam pengucapan itu orang melaksanakan yoga, baik yoga dalam bentuk duduk ataupun dalam aktivitas, itu yang memang harus dijalankan oleh umat hindu sehingga dalam 36 jam itu pelaksanaan Kuningan berjalan persembayangan dengan menghaturkan sajen, dan Siwaratri itu sesuai dengan Siwaratri itu sendiri.</p> <p> Kepada anak-anak muda jangan melaksanakan Siwaratri di tempat-tempat yang memungkinkan bahaya, misalnya begadang di pinggir pantai, begadang tengah jalan nanti ditabrak mobil, kalau begadang jangan di mal nanti uangnya habis. Kalau begadang di sekolah, pura, rumah, di tempat suci lainnya pahalanya sangat besar, dan ada pembacaan kitab suci sehingga jalannya Siwaratri dan Kuningan ini sangat bermakna membangun karakter dan kepribadian umat Hindu dari yang tidak bagus menjadi bagus, dari yang sudah baik menjadi lebih baik.</p> <div class="tribun-mark"> <p> Saatnya untuk lebih Bhakti menjalankan TRI HITA KARANA. Saatnya untuk introspeksi diri sesuai dengan Tri Semata. Kemarin kita sudah bagaimana dalam berpikir, berucap, berlaksana (Tri Kaya Parisudha).</p> <div class="tribun-mark"> <p> melaksanakan brata mehejagran, selalu ingat pada Tuhan, Kawitan dan Jatidiri.Juga melakukan upawasa atau tidak sembarang menikmati yang bukan milik atau hak sendiri.Melaksanakan mono berata atau tidak bicara dan menilai yang bukan hak dan kewajiban.Laksanakan pemuspaan untuk memohon maaf dan anugerah-Nya agar ke depan kita bisa lebih baik dan benar dalam berkehidupan dan beragama. Terkait upakara, sesuaikan dengan kemampuan dan dresta setempat. (006KIMSGH)</p> </div> </div> </div>
MOMEN LANGKA SIWARATRI BERTEPATAN DENGAN KUNINGAN, 50 TAHUN SEKALI
05 Jan 2019